Kerangka Berpikir Wirausaha

KERANGKA BERPIKIR WIRAUSAHA

Berdasarkan karakteristik perilaku, wirausaha (entepreneur) adalah orang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya serta menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok, yaitu peluang dan kemampuan menanggapi peluang­. Berdasarkan hal tersebut, definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif” (Pekerti, 1997)­

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Kewirausahaan

Sumber:(Pekerti, 1997)

Seiring dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan kewirausahaan sebagai semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan / masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas, dan inovasi, serta kemampuan manajemen­.

1. Wirausahawan Dilahirkan atau Diciptakan?
Pertanyaan ini sering menjadi fokus perdebatan. Apakah wirausahawan dilahirkan yang menyebabkan seseorang mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausahawan atau wirausahawan dibentuk?
Umumnya ada 2 pendekatan untuk menjawab hal ini, yaitu pendekatan klasikal menjelaskan bahwa wirausaha dan ciri khas atau karakter seseorang merupakan pembawaan sejak lahir (innate), sehingga menjadi wirausahawan tidak dapat dipelajari. Adapun pendekatan event studies menjelaskan bahwa faktor-faktor lingkungan yang menghasilkan wirausaha atau wirausaha dapat diciptakan­.
Sifat wirausahawan merupakan bawaan lahir sebagaimana dijelaskan dalam pendekatan klasikal sebenarnya sudah lazim diterima sejak lama. Akan tetapi, saat ini pengakuan tentang kewirausahaan sebagai suatu disiplin telah mendobrak mitos tersebut dan membenarkan pendekatan event studies. Seperti juga disiplin lainnya, kewirausahaan memiliki pola dan proses. Terlepas dari kedua pendekatan tersebut, pendapat yang lebih moderat adalah tidak mempertentangkannya. Menjadi wirausahawan sebenarnya tidak hanya dipengaruhi bakat (dilahirkan) ataupun hanya karena dibentuk, seseorang yang memiliki bakat berwirausaha tidak akan mampu menjadi wirausahawan tanpa adanya tempaan melalui suatu pendidikan/pelatihan­, begitu juga sebaliknya.
Kompleksnya permasalahan dunia usaha saat ini, menuntut seseorang yang ingin menjadi wirausahawan tidak cukup bermodalkan bakat, tetapi juga harus mengikuti pendidikan, pelatihan, ataupun bergaul di lingkungan wirausaha, sehingga ia menyadari dan mencoba memanfaatkan bakat yang dimilikinya.

2. Motivasi Berwirausaha
Salah satu kunci sukses seorang wirausahawan adalah motivasi yang kuat untuk berwirausaha, apabila seseorang memiliki keyakinan bahwa bisnis yang (akan) digelutinya itu sangat bermakna bagi hidupnya, ia akan berjuang lebih keras untuk sukses. Dalam kewirausahaan, setidaknya terdapat enam “tingkat” motivasi dengan indikator kesuksesan yang berbeda-beda, yaitu:
  • motivasi material, mencari nafkah/memperoleh pendapatan atau kekayaan;
  • motivasi rasional-intelektual, mengenali peluang dan potensi pasar, menggagas produk atau jasa untuk meresponsnya;
  • motivasi emosional-ekosistemis, menciptakan nilai tambah serta memelihara kelestarian sumber daya lingkungan;
  • motivasi emosional-sosial, menjalin hubungan dengan melayani kebutuhan sesama manusia;
  • motivasi emosional-intrapersonal(psiko-personal), aktualisasi jati diri dan/atau potensi diri dalam wujud produk atau jasa yang layak pasar;
  • motivasi spiritual, mewujudkan dan menyebarkan nilai-nilai transendental, memaknainya sebagai modus beribadah kepada Tuhan­.

Umumnya seseorang yang memulai berwirausaha termotivasi untuk mencari nafkah, memperoleh pendapatan dan kekayaan. Motivasi ini tidak salah, tetapi jika fokus pada hal itu, kita akan melakukan hal-hal tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip etika. Kita perlu sepakat bahwa keuntungan dan kekayaan yang diraih hanyalah konsekuensi dari kemampuan kita untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada stakeholders­, inilah alasan kenapa motivasi material menempati tingkatan yang terendah­.
Berbeda halnya jika kita memulai berwirausaha sebagai modus beribadah kepada Tuhan, apa pun yang kita lakukan senantiasa dilandasi dengan nilai ibadah.­ Dengan motivasi spiritual yang kita miliki, kita akan memaksimalkan pemanfaatan potensi diri kita sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan, memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh stakeholders, dan memerhatikan kelestarian lingkungan. Bukankah dengan melakukan tindakan-tindakan terbaik bagi diri kita, orang lain dan lingkungan adalah perbuatan yang bernilai ibadah pada sisi Tuhan? Inilah mengapa motivasi spiritual ditempatkan pada tingkatan tertinggi­

3. Manfaat Berwirausaha
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui berwirausaha dan tidak diperoleh jika memilih berkarier atau bekerja di lembaga/instansi milik orang lain atau pemerintah adalah sebagai berikut :
  • Memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan potensi diri. Banyak wirausahawan yang berhasil mengelola usahanya karena menjadikan keterampilan/hobinya menjadi pekerjaannya, sehingga dia melakukannya dengan sukacita tanpa terbebani. Mereka juga bebas menentukan nasibnya sendiri, menentukan dan mengontrol sendiri keuntungan yang ingin dicapai, mengambil tindakan dalam melakukan perubahan tanpa kekangan dari orang lain.­
  • Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat. Dengan berwirausaha, kita memiliki kesempatan untuk berperan bagi masyarakat dengan menciptakan produk (barang dan/atau jasa) yang dibutuhkan oleh masyarakat, memberian pelayanan pada masyarakat (konsumen) yang dilandasi dengan tanggungjawab sosial melalui penciptaan produk yang berkualitas, sehingga dapat memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat (konsumen).­
  • Adanya manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Perlu disadari bahwa pada dasarnya sebagian besar tindakan kita dipengaruhi oleh motivasi, bukan karena terpaksa. Kesuksesan atau ketidaksuksesan seseorang dalam karier sangat bergantung pada motivasinya untuk menjalankan kariernya. Jika kita menanamkan dalam hati bahwa berwirausaha akan memberikan manfaat bagi kita dan masyarakat, maka kita akan termotivasi menjalankannya.­

Comments